Udah nggak sabar nungguin kickfest lagi? Tenang-tenang panitia udah merapatkan barisan untuk segera menggelar acara serupa dalam waktu dekat ini. Ini ada bocoran sedikit tentang kickfest 2009 :
1. 3 - 5 April 2009 : Malang
2. 10 - 12 April 2009 : Jogja
3. 6 - 7 Juni 2009 : Jakarta
4. 6 - 8 November 2009 : Bandung
Nah buat kamu-kamu yang mau ikutan jadi peserta, buruan siap-siap, siapin produk yang keren, banyak, plus murah. Pastinya perang desain dan harga sangat menentukan total penjualan disana. Kalo buat kamu-kamu yang pengen dateng ke acara kickfest2009, siapin duit buat belanja, belanja, dan belanja barang-barang kesukaan kamu. Karena pastinya disana banyak sekali produk yang bakal bikin kamu mupeng and pengen beli.
Bocoran buat kickfest Jogja katanya dimajuin jadi awal Maret 2009. Jadi buat anak Jogja yang udah pesen tempat buat jadi peserta, produksi harus dipercepat ya, hehehe...kita buktikan kalo Jogja juga BISA!
(Click the picture to see the detail of our campaign) Heran sama tingkah laku manusia belakangan ini. Banyak perilaku yang tidak seharusnya dilakukan namun pada kenyatannya dilakukan, seperti pembunuhan terhadap binatang baik yang langka maupun tidak, pembalakan hutan, dan perang antar Negara. Sepertinya semakin hari tingkah laku manusia semakin tidak terkontrol, dan semakin tidak masuk akal. Manusia cenderung memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa memperhatikan imbas dari apa yang mereka perbuat.
Sudah banyak Negara di dunia yang menyuarakan perlindungan terhadap binatang. Berbagai suaka didirikan untuk melestarikannya. Berbagai lembaga berdiri karena mereka concern terhadap pelestarian dan perlindungan terhadap binatang. Hak itu tidak dipungkiri karena sikap manusia memperlakukan binatang-binatang sangatlah diluar nilai-nilai kemanusiaan, terlebih lagi untuk binatang yang langka. Seharusnya manusia ikut berperan serta melestarikannya, bukan malah memburunya, membunuhnya untuk kemudian mereka jual apa yang bisa dihasilkan dari binatang langka tersebut. Semakin terpojokkah binatang di era globalisasi ini? Atau semakin burukkah mentalitas kemanusiaan manusia sekarang? Oleh karena itu, tanggung jawab kita untuk berusaha seminimal mungkin ikut berpartisipasi melestarikan binatang-binatang yang ada disekitar kita, dan kita coba untuk tidak membunuhnya, menyiksanya, dan atau memperlakukannya secara tidak wajar.
Pembalakan terhadap hutan pun tidak kalah menarik. Mereka para penebang dan pembalak hutan melakukan pembalakan dan penebangan hutan secara sporadis. Mereka tidak menebang berdasarkan teknik yang sepatutnya dilakukan. Namun mereka menebang semua pohon yang ada dalam suatu kawasan. Seharusnya mereka mengikuti teknik dan prosedur yang sudah ada, sehingga pohon-pohon di kawasan tersebut masih bisa dilestarikan dan ditebang secara periodik. Sekali lagi, manusia hanya mementingkan kebutuhannya saja.
”Jika para pemodal menginginkan kayu dalam jumlah yang cukup besar,
Kita bisa apa? Uang sudah diatas segala-galanya sekarang.
Para pejabat Juga memberikan izin bagi pemodal, kenapa kita persulit?”
-penebang-
Belum selesai penyelesaian masalah terhadap dua hal sebelumnya, beberapa negara sibuk melakukan peperangan. Rakyat sipil yang tidak bersalah menjadi korban dari kebiadaban manusia. Entah apa yang terjadi, namun seharusnya mereka (pihak yang berperang-red) menggunakan akal pikirannya dahulu sebelum memulai konflik perang. Perundingan dapat mereka lakukan untuk mencari garis tengah dai permasalahan tersebut. Jika tidak kunjung mendapatkan kesepakatan, ada pihak ketiga yang siap membantu menyelesaikan permasalahan tersebut, PBB misalnya. Namun mengapa opsi pertama yang mereka pilih justru langsung mengangkat senjata? Entahlah, namun yang pasti tingkah laku manusia akhir-akhir ini seringkali diluar batas.
BERUSAHALAH MENJADI MANUSIA YANG BERGUNA, SEKECIL APAPUN ITU
Pergerakan graffiti di beberapa kota besar di Indonesia menghasilkan beberapa tanggapan dari masyarakat di kota itu sendiri pada umumnya. Beberapa di antara mereka menganggap bahwa graffiti bagian dari kriminalitas dan dikategorikan dalam bentuk suatu vandalisme. Mereka para bomber, yang oleh sebagian masyarakat dikatakan vandalisme, menuangkan arti sebuah kebebasan dalam sebuah coretan-coretan di dinding-dinding fasilitas umum. Coretan-coretan tersebut sebagai media untuk menyuarakan pendapat mereka tentang berbagai kritik sosial dalam kehidupan. Tak jarang para bomber yang mempunyai komunitas tersendiri mengalami konflik dengan pelaku bomber dari anggota genk (berandalan-red). Konflik itu sendiri oretan yang mereka sebut karya tersebut ditimpa dengan tulisan-tulisan yang tidak mempunyai nilai artistik, misal hanya dengan tulisan inisial suatu genk. Oleh karena sering terjadinya konflik, atau dengan kata lain kehidupan graffiti dekat sekali dengan perselisihan yang mengakibatkan rusaknya fasilitas umum, sebagian kalangan masyarakat menganggap graffiti itu termasuk kriminal. Contoh yang paling nyata adalah kehidupan graffiti di Jakarta. Tingkat kriminal yang diakibatkan oleh graffiti cukup besar, bahkan akibat dari konflik yang terjadi bisa sampai mengakibatkan kematian seseorang. Sunggung ironis memang, namun begitulah adanya kehidupan dalam dunia graffiti.
Namun ada juga sebagian masyarakat yang menganggap bahwa graffiti itu adalah bagian dari seni. Hanya saja dalam penyampaiannya melalui media yang dirasa kurang tepat. Di Jogja misalnya, graffiti sangat disambut hangat oleh warga masyarakat kota Jogja. Tidak ada penolakan sama sekali untuk adanya graffiti di kota Jogja. Ini dikarenakan graffiti (beserta mural) dituangkan dalam media yang tepat sehingga menambah keindahan suasana kota. Dinding-dinding yang kotor dan tidak terpakai lagi, dijadikan media untuk para bomber (dan mural) untuk menuangkan ide dan kritik sosial yang "nyentil". Graffiti dan mural di Kota jogja sudah terkoordinir dengan baik. Mereka tidak dianggap sebagai perusak, namun mereka dianggap sebagai seniman jalanan yang siap menambah keindahan kota. Contohnya adalah rolling door kios-kios disepanjang jl. kepatihan, akan terlihat indah ketika kios-kios tersebut tutup. Rolling door yang semula hanya berwarna abu-abu tua, berubah menjadi sangat berwarna oleh karena telah di-bomb.
Begitulah kira-kira opini masyarakat tentang graffiti. Ada yang mendukung, namun ada pula yang menolak. Saya punya pendapat yang lain. Dalam garis besarnya saya setuju dengan apa yang terjadi di Jogja. Namun akan lebih menarik jika karya mereka diberikan ruang khusus dalam sebuah gallery seni, yang nantinya akan menaikkan derajat para bomber dan mural lebih ke arah sebagai seorang seniman.
Semoga lebih baik.
JANGAN CORET-CORET SEMBARANGAN YAAA...